Dari Silatnas ke-11 Pesantren eLKISI
Laporan M. Anwar Djaelani
Ahad 25 Agustus 2024, di Pondok Pesantren eLKISI Mojokerto berlangsung acara menarik. Acara itu, Silaturrahim Nasional ke-11 dan Tabligh Akbar. Berlangsung dari pagi hingga menjelang shalat dhuhur, keseluruhannya khidmat dan dihadiri banyak kalangan.
Hadir di pesantren yang terletak di Raya Mojosari Trawas Km 8, Mojorejo-Pungging-Mojokerto itu, sekitar 5000 orang. Mereka antara lain warga dan pejabat setempat. Pejabat Forkompincam, hadir. Terlihat Kapolsek dan Danramil. Dari Kemenag Kabupaten Mojokerto, juga hadir.
Kalangan lain yang terlihat adalah walisantri dari berbagai daerah. Ada pengurus Dewan Da’wah Jawa Timur dan dari beberapa kabupaten (antara lain Kediri, Lamongan dan Magetan).
Banyak yang hadir. Ada jamaah pengajian dari Banyuwangi, Tuban, Trenggalek, dan Madiun. Ada lagi, jamaah pengajian dari Kamal dan Sidoarjo. Lalu, ada yang dari Klaten – Jawa Tengah.
Ada juga yang datang dari jauh, salah satunya dari NTB. Bahkan, yang bertindak sebagai penceramah adalah Ustadz Fadlan Garamatan dari Papua. Ini, kesempatan kedua hadir di eLKISI bagi da’i asal Papua yang video-video dakwahnya di YouTube banyak menarik minat masyarakat.
Ada pemandangan yang tak boleh dilewatkan. Untuk pengamanan acara, ada bantuan dari Linmas setempat. Juga, dua organisasi turut hadir membantu, yaitu Banser dan Kokam.
Santri Idaman
Acara resmi dimulai pukul 09.00. Hanya saja, sebelum itu sejumlah santri eLKISI di panggung sudah menampilkan kecakapan mereka dalam menghafal hadits. Mereka adu cekatan, dengan sistem ”Siapa yang paling cepat angkat tangan, maka dialah yang berhak menjawab”.
Jadilah acara itu menarik semua hadir. Betapa para santri itu memang membanggakan. Bahwa, mereka dengan cepat menjawab pertanyaan yang diajukan Ustadz Ali.
Acara itu punya nilai positif yang lain. Itu terjadi saat secara spontan tiga di antara hadirin diminta memberikan soal. Tampil tiga orang dari Dewan Da’wah Jawa Timur, yaitu Ustadz Busyairi Mansyur, Ustadzah Muawanah, dan Ustadzah Ibdah Hanifah. Sekali lagi, atas pertanyaan tiga aktivis dakwah itu, para santri eLKISI bisa menjawab dengan cepat dan baik.
Sekilas Perjalanan
Pukul 09.00 pembawa acara memulai dengan pembukaan. Dilanjutkan, pembacaan ayat Al-Qur’an. Alhamdulillah, semua menyimak dengan khidmat bacaan dari salah seorang santri itu.
Selanjutnya, selama 15 menit berikutnya, layar di panggung menampilkan video profil eLKISI sejak berdiri hingga kini. Misal, dari semula hanya punya modal awal Rp. 5 juta dan menempati 8 ribu menter persegi. Sekarang, pada 2024, sudah menempati areal seluas hampir 28 Ha. Semua ditunjukkan lewat gambar-gambar yang menggugah di layar. Di antara gambar-gambar itu, ada sekilas profil lulusan eLKISI yang melanjutkan pendidikan ke sejumlah perguruan tinggi di Timur Tengah.
Menolong Agama
Berikutnya, sambutan Dr. KH Fathur Rohman selaku pmpinan Pondok Pesantren eLKISI. Tentu, setelah bersyukur kepada Allah, sang kiai lalu menyampaikan terima kasih atas kehadirin para undangan. Bersyukur, bahwa pesantren yang diasuhnya telah terbilang lengkap jenjang pendidikan yang dimilikinya. Jenjang itu, mulai dari PAUD dan KB-TK sampai perguruan tinggi.
Bersyukur bahwa para pendidiknya punya kapasitas yang memadai antara lain bisa ditandai dari pendidikan yang telah dilalui mereka. Banyak yang telah menyelesaikan S2. Bahkan, sampai saat ini telah ada dua doktor dan lima lainnya sedang menempuh program S3.
Kecuali itu, ada dua orang Syaikh dari Mesir yang turut membersamai keseharian santri eLKISI. Mereka adalah Syaikh Ahmad Abdul Azim dan Syaikh Farid Musthofa Ahmad Kamil. Keduanya, yang berasal dari Mesir, mengajar bahasa Arab dan tilawatil Al-Qur’an.
Di kesempatan itu Kiai Fathur mengenang sekaligus berterima kasih kepada sejumlah gurunya. Salah satu gurunya adalah Allahuyarham KH Ahmad Subroto, pengasuh Pondok Pesantren Al-Fattah Buduran Sidoarjo.
Di antarainspirasi dari Kiai Subroto yang paling menggugahnya adalah saat mengkaji QS Muhammad 7. Intinya, bahwa semua kaum beriman yang menolong agama Allah maka Allah akan menolong serta meneguhkan pendirian mereka. Jadi, ”Teruslah berdakwah di manapun kita berada sebagai bagian dari cara menolong agama Allah,” tegas Kiai Fathur yang juga Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Jawa Timur itu.
”Teruslah menjadi yang terbaik, dengan jalan menjadi orang atau pihak yang paling memberikan manfaat kepada sekitarnya,” tutup Kiai Fathur. Berkata demikian, sambil menambahan bahwa prinsip menjadi yang terbaik termasuk pelajaran yang sering diulang-ulang oleh KH Subroto – sang guru.
Sesi sambutan ini menjadi lebih mengesankan karena dilengkapi tayangan gambar di layar. Misal, saat Kiai Fathur mengisahkan santri-santri eLKISI yang disiapkan ke Al-Azhar Mesir, layar menunjukkan kegiatan santri terkait hal itu.
”Jembatan” ke Al-Azhar
Selanjutnya, turut memberi sambutan Syaikh Adhim. Dulu, dia turut menjadi bagian penting di Al-Azhar Mesir.
”Saya bahagia bisa turut hadir di acara ini,” kata Syaikh Adhim. Lebih dari itu, dia berharap hubungan eLKISI dengan Al-Azhar terus meningkat.
Syaikh Adhim memberikan sambutan dalam bahasa Arab. Untuk itu, di panggung beliau ditemani Ustadz Shohib. Salah satu guru di eLKISI inilah yang menerjemahkan sambutan Syaikh Adhim ke bahasa Indonesia.
Da’i yang ”PNS”
Sampailah ke acara pokok Tabligh Akbar. Tampil Ustadz Fadlan Garamatan, dari Papua. Sepanjang pemaparannya, hadirin sering tersenyum-senyum karena penyampaikan sang ustadz terhitung jenaka.
Dia mulai dari menyampaikan riwayat pendidikannya. Bahwa, dari pendidikan dasar sampai lulus perguruan tinggi dia lalui dengan lancar. “Semua ada ijazahnya,” kata Usadz Fadlan. Tentu, canda Pak Ustadz yang asli Papua itu disambut senyum dan/atau tawa lebar dari yang hadir.
Lulus sekolah, dia mendaftar sebagai PNS. Apa itu? PNS itu, ”Pegawai Nabi Saw,” jelas lelaki tinggi besar yang di acara itu mengenakan gamis dan penutup kepala putih. Lagi-lagi, penjelasan ini mengundang senyum.
Selanjutnya, hadirin terpukau dengan pengalaman berdakwahnya. Intinya, jangan pernah lelah berdakwah. Kapan dan di mana pun, teruslah berdakwah.
Dari banyak pengalamannya berdakwah, di acara itu dia sampaikan sekadar dua contoh saja. Pertama, berdakwah di atas pesawat. Kedua, mendakwahi pendeta di Papua. Keduanya, berakhir indah yaitu yang didakwahi masuk Islam. Hanya saja, untuk yang kedua butuh kesabaran luar biasa: sampai tiga bulan penuh proses dakwah yang dia lakukan, nyaris tanpa henti.
Jadi, ”Teruslah berdakwah. Aktivitas ini bergengsi,” seru Ustadz Fadlan. Teruslah berdakwah, karena yang berat bisa menjadi ringan atau mudah. Teruslah bersabar dalam berdakwah. Ini, karena terhadap batu yang keras tapi tetesan air yang turun terus-menerus bisa melubangi batu itu,” tutup Ustadz Fadlan dengan memberi tamsil yang menarik.
Setelah itu, dia memimpin doa. Hadirin mengamininya dengan khusyuk. Sungguh menenteramkan.
Palestina, Alhamdulillah!
Di Pesantren eLKISI Mojokerto, di acara Silaturrahim Nasional itu, tak lupa mengingat perjuangan Palestina. Untuk itu, di sela-sela acara ada pengumpulan dana dari yang hadir. Alhamdulillah, terkumpul hampir Rp. 60 juta. Ada juga yang menyumbang perhiasan. Semua, langsung disalurkan lewat Laznas Dewan Da’wah Jatim.
Sebelum adzan dhuhur berkumandang, acara selesai. Semua yang hadir bisa menikmati jamuan makan siang yang telah disediakan. Alhamdulillah! []