Oleh : Indana Zulfa
Bag. Pelayanan Ponpes eLKISI
Cahaya Allah di Rumah-Rumah yang Dimuliakan
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرۡفَعَ وَيُذۡكَرَ فِيهَا ٱسۡمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ
(Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang. (QS. An Nur: 36)
Ayat tersebut menggambarkan tentang rumah-rumah yang diberkahi dan dihormati oleh Allah, yaitu rumah-rumah yang menjadi tempat ibadah dan pengagungan kepada-Nya. Ayat ini merujuk pada masjid-masjid atau tempat-tempat yang dipergunakan untuk beribadah, di mana umat Islam diperintahkan untuk memuliakan Allah dan menyebut nama-Nya dengan penuh rasa taqwa.
Rumah-rumah tersebut menjadi tempat yang diberkahi, tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan merupakan simbol kesucian dan ketaatan dalam kehidupan seorang hamba. Ayat ini juga menekankan bahwa keberkahan datang dari ketulusan hati dalam mengingat Allah dan berserah diri kepada-Nya.
Selain itu, ayat ini menunjukkan pentingnya amalan tasbih, yaitu menyucikan nama Allah, yang dilakukan pada waktu pagi dan petang. Tasbih adalah bentuk dzikir yang mengingatkan umat Islam akan kebesaran Allah dan memurnikan hati dari hal-hal yang dapat mengotori iman.
Dengan berzikir pada waktu-waktu tertentu, umat Islam diingatkan untuk selalu bersyukur, menjaga hubungan dengan Allah, serta menghindari kelalaian dari mengingat-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Ayat ini juga mengajarkan kepada umat Islam untuk menjadikan rumah mereka sebagai tempat yang penuh dengan keberkahan dan ketaatan kepada Allah, sehingga dapat meraih kebahagiaan dan kedamaian baik di dunia maupun di akhirat.
Kalimat Dzikir bil Lisan dan bil Hal
Mengamalkan kebaikan adalah salah satu cara untuk terus berdzikir mengingat Allah. Orang yang urusannya tidak melalaikannya dari berdzikir akan selalu mengingat Allah.
Dalam kitab I’anatut Thalibin, Imam Syafii bercerita:
شَكَوتُ إِلى وَكيعٍ سوءَ حِفظي فَأَرشَدَني إِلى تَركِ المَعاصي وَأَخبَرَني بِأَنَّ العِلمَ نورٌ وَنورُ اللَهِ لا يُهدى لِعاصي
Artinya: “Aku (Imam Syafii) pernah mengadukan kepada Imam Waki’i (guru beliau) tentang jelek (sulitnya) hafalanku. Lalu beliau mengatakan kepadaku untuk meninggalkan maksiat. Imam Waki’i berkata, sebab ilmu adalah caaya, dan cahaya Allah tidaklah diberikan kepada para ahli maksiat.”
Sifat Orang yang beriman
وَهُدُوٓاْ إِلَى ٱلطَّيِّبِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ وَهُدُوٓاْ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلۡحَمِيدِ
Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan diberi petunjuk (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji. (QS. Al Hajj: 24)
Surat Al-Hajj ayat 24 menggambarkan sifat orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang senantiasa diberi petunjuk oleh Allah untuk berkata dengan kata-kata yang baik dan benar. Mereka selalu memilih ucapan yang bermanfaat, menyejukkan hati, serta membawa kebaikan dalam interaksi mereka dengan sesama.
Lisan mereka tidak digunakan untuk perkataan yang sia-sia atau menyakitkan hati orang lain, tetapi selalu dipenuhi dengan kebaikan, kejujuran, dan hikmah. Selain itu, mereka juga diberi petunjuk menuju jalan yang terpuji, yaitu jalan yang selalu membawa kepada keridhaan Allah, jalan yang penuh dengan kebajikan dan pahala, yang akan mengantarkan mereka pada kehidupan yang mulia baik di dunia maupun di akhirat.
Sifat ini menunjukkan bahwa iman yang sejati tidak hanya tercermin dalam perbuatan, tetapi juga dalam tutur kata yang mencerminkan ketakwaan dan kebaikan.
Orang yang penuh dengan cahaya tidak tertarik dengan lisan atau omongan yang tidak bermanfaat.
Setelah itu Rasulullah ﷺ pergi ke tempat tidur dan tertidur, kemudian bangun lagi. Lalu beliau mengambil qirbahnya lagi dan melepaskan tali penutupnya, lantas berwudu dengan wudu yang sederhana, kemudian berdiri untuk salat. Ketika sujud beliau berdoa:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا وَفِي سَمْعِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا وَعَنْ يَمِينِي نُورًا وَعَنْ يَسَارِي نُورًا وَأَمَامِي نُورًا وَخَلْفِي نُورًا وَفَوْقِي نُورًا وَتَحْتِي نُورًا وَاجْعَلْنِي نُورًا
‘Ya Allah, berikanlah cahaya dalam hati dan lisanku, pendengaranku dan penglihatanku. Berilah cahaya dari arah bawahku, atasku, sebelah kananku, sebelah kiriku, sebelah depanku, sebelah belakangku, serta pada jiwaku, dan agungkanlah cahaya itu padaku, kemudian beliau tidur hingga terdengar napas tidur beliau, lalu Bilal mendatanginya dan membangunkannya untuk salat.'”
Kemudian beliau tidur hingga terdengar napas tidur beliau, lalu Bilal mendatanginya dan membangunkannya untuk salat.
Inti dari doa ini adalah untuk memohon kepada Allah agar diberikan penerangan dalam setiap langkah hidup, sehingga kita dapat berjalan dengan penuh petunjuk, baik dalam urusan dunia maupun agama. Ini adalah doa untuk mendapatkan bimbingan yang terang dan jelas dalam menjalani kehidupan.