Syukur: Kunci Nikmat dan Keselamatan

Suasana Kegiatan Rutin Briefing Pagi Seluruh Asatidzah dan Karyawan Ponpes eLKISI

Oleh: Indana Zulfa, S.Pd
Mahasiswa Pasca Sarjana Elit (eLKISI Institut)

Dalam kehidupan ini, manusia sering kali terlena oleh rutinitas, mengejar dunia, hingga lupa bahwa segala yang dimilikinya adalah karunia dari Allah SWT. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup telah mengingatkan pentingnya syukur dan bahaya kufur (mengingkari nikmat), sebagaimana terdapat dalam beberapa ayat yang secara langsung menegur dan membimbing manusia agar lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap nikmat yang diterimanya.

Peringatan dari Surat Al-A’raf: 10

Allah berfirman:

وَلَقَدۡ مَكَّنَّـٰكُمۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَجَعَلۡنَا لَكُمۡ فِیهَا مَعَـٰیِشَۗ قَلِیلࣰا مَّا تَشۡكُرُونَ

“Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”
(QS. Al-A’raf: 10)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah-lah yang menempatkan manusia di bumi dan menyediakan berbagai macam sumber penghidupan untuk mendukung kehidupan mereka—seperti air, udara, makanan, serta kekayaan alam lainnya. Ini adalah bentuk nyata kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Namun, manusia sering kali lalai. Alih-alih bersyukur, mereka justru menyia-nyiakan nikmat tersebut, menggunakan untuk maksiat atau bahkan mengingkari keberadaan dan peran Allah dalam kehidupan mereka. Ayat ini menjadi panggilan untuk menghidupkan kembali rasa syukur sebagai bentuk kesadaran akan tanggung jawab atas nikmat yang telah diberikan.

Allah Tidak Membutuhkan Syukur, Tapi Mencintainya – QS. Az-Zumar: 7

إِن تَكۡفُرُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِیٌّ عَنكُمۡۖ وَلَا یَرۡضَىٰ لِعِبَادِهِ ٱلۡكُفۡرَۖ وَإِن تَشۡكُرُوا۟ یَرۡضَهُ لَكُمۡۗ

“Jika kamu kafir (ketahuilah) maka sesungguhnya Allah tidak memerlukanmu dan Dia tidak meridhai kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, Dia meridhai syukurmu itu…”
(QS. Az-Zumar: 7)

Ayat ini menekankan bahwa Allah tidak membutuhkan syukur dari manusia. Allah Maha Kaya, tidak memerlukan apa pun dari ciptaan-Nya. Namun, Allah tetap mencintai dan meridhai hamba-hamba-Nya yang bersyukur. Sebaliknya, Allah membenci kekufuran. Ini menunjukkan bahwa bersyukur bukan untuk Allah, tetapi untuk kebaikan diri manusia sendiri. Ayat ini juga menegaskan prinsip keadilan: setiap orang bertanggung jawab atas amal perbuatannya masing-masing, tidak ada yang bisa menanggung dosa orang lain.

Janji Tambahan Nikmat bagi Orang yang Bersyukur – QS. Ibrahim: 7

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَىِٕن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِیدَنَّكُمۡۖ وَلَىِٕن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِی لَشَدِیدࣱ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.’”
(QS. Ibrahim: 7)

Ayat ini merupakan bentuk motivasi dan peringatan. Allah menjanjikan bahwa syukur akan membawa tambahan nikmat. Tambahan ini bisa berupa kenikmatan lahiriah seperti rezeki, kesehatan, dan kebahagiaan, maupun kenikmatan batiniah berupa ketenangan, keberkahan, dan keimanan yang kokoh. Sebaliknya, jika seseorang kufur terhadap nikmat, menggunakannya untuk hal yang tidak diridhai Allah, maka azab Allah sangat pedih. Ini merupakan peringatan tegas bagi siapa pun yang lalai atau tak mau mengakui nikmat yang telah ia terima.

Syukur: Jalan Kebaikan Dunia dan Akhirat!

Ketiga ayat ini saling melengkapi. Allah menunjukkan bahwa bersyukur bukan hanya dianjurkan, tetapi menjadi jalan untuk kebaikan dunia dan akhirat. Syukur yang sejati bukan hanya ucapan “Alhamdulillah,” tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata: menggunakan nikmat untuk kebaikan, ibadah, dan memberi manfaat kepada sesama. Dengan syukur, manusia tidak hanya menjaga nikmat yang ada, tetapi juga membuka pintu tambahan nikmat dan perlindungan dari azab Allah.

Syukur sebagai Wujud Kesadaran
Syukur bukan sekadar ekspresi, melainkan bentuk kesadaran spiritual dan etika dalam menyikapi karunia Allah. Melalui syukur, manusia memperkuat hubungannya dengan Sang Pencipta, menjaga amanah-Nya di muka bumi, dan memastikan arah hidup yang lebih berkah. Maka dari itu, marilah kita perbanyak rasa syukur dalam hati, lisan, dan perbuatan sebagai bentuk penghargaan terhadap segala nikmat yang Allah limpahkan.

Materi Briefing Pagi Bersama Ustadzah Rohmatin, M.Pd
Ponpes eLKISI