Oleh Fera Yunita Suciana,
Mahasiswa The eLKISI Institute
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah [2]: 153).
Tahun 2020 ini adalah tahun-tahun yang penuh dengan cerita, sebab tahun ini seluruh ummat manusia di dunia terutama kaum Muslimin mengalami dampak Virus Corona sehingga tempat ibadah, tempat pendidikan dan tempat bekerja serta berbagai macam tempat yang menjadi pusat interaksi sosial dilarang berkegiatan. Andai kita mau menulisnya maka insya-Allah akan menjadi sebuah buku sejarah tersendiri. Bahkan setiap orang pasti memiliki cerita yang bermacam-macam tentang tahun ini.
Virus corona mulai mewabah di negara China, lalu menyebar di berbagai negara seperti Amerika, Korea Selatan, Italia hingga Indonesia. Data pada saat tulisan ini dibuat, tercatat pada tanggal 14-04-2020 di 213 negara kasus Virus Corona yang terkonfirmasi sebanyak 1.812.734 dengan korban jiwa 113.675 dan di Indonesia didapatkan kasus Corona yang terkonfirmasi 4.839, sembuh 426 dan korban jiwa 459 (demikian, menurut WHO -World Health Organization- di laman resmi www.covid19.go.id).
Untuk mencegah bertambah banyaknya korban, maka seluruh negara membuat kebijakan-kebijakan di antaranya diberlakukannya lockdown dan social distancing. Pengaruh masalah ini tak sedikit, misal dengan melihat di sosial media yang dipenuhi dengan hastag #Stayathome #Dirumahaja. Juga, sampai-sampai orang menikahpun harus memakai APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker dan sarung tangan. Begitulah gambaran dunia saat ini.
Manusia banyak yang tidak bisa menenangkan hati mereka. Lihat, di setiap melihat ponsel seakan mereka tidak bisa berkutik. Mereka resah dan galau terhadap pandemi ini. Padahal ketika mereka mau keluar rumah, mereka dapati langit yang masih luas nan cerah. Masya-Allah, ternyata terkadang kita sendiri yang terlalu menyempitkan pikiran sehingga membuat stres nantinya. Naudzubillahi min syarri dzalik.
Tanpa kita sadari ternyata jauh sebelum pandemi ini muncul, Rasulullah telah memiliki strategi dalam menghadapi wabah yang menyebar. Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa, wabah sebagai jenis azab bagi umat terdahulu (Bani Israil) dan kini menjadi rahmat bagi orang beriman karena kesabaran dan pengertian atas ketentuan Allah serta menahan diri di daerah masing-masing. “Dari Aisyah RA, ia mengabarkan kepada kami bahwa ia bertanya kepada Rasulullah perihal tha‘un, lalu Rasulullah memberitahukannya, ‘Zaman dulu tha’un adalah siksa yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada seorang hamba yang sedang tertimpa tha’un, kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid” (HR Bukhari).
Kemudian pada riwayat Bukhari, Rasulullah ﷺ menyebut orang yang mati karena sakit perut dan orang yang terkena wabah, mereka masuk dalam derajat syahadah atau mendapat ganjaran seperti pahala orang yang syahid di medan perang. “Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ia bersabda, ‘Orang yang mati karena sakit perut dan orang yang tertimpa tha’un (wabah) pun syahid” (HR Bukhari).
Lalu Rasulullah ﷺ juga mengingatkan kita untuk tidak memasuki daerah yang sedang terjangkit penyakit dan tidak keluar dari daerah yang sedang tertimpa wabah.
“Dari Abdullah bin Amir bin Rabi‘ah, Umar bin Khattab RA menempuh perjalanan menuju Syam. Ketika sampai di Sargh, Umar mendapat kabar bahwa wabah sedang menimpa wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf mengatakan kepada Umar bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, ‘Bila kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan memasukinya. Tetapi jika wabah terjadi wabah di daerah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.’ Lalu Umar bin Khattab berbalik arah meninggalkan Sargh” (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan mengkaji beberapa hadits tersebut kita sebagai kaum Muslimin tidak boleh terlalu berlebihan dalam mensikapi tha’un tetapi juga tidak boleh abai. Sikap terbaik, tetap harus waspada.
Terkait adanya wabah virus corona, Ustadz Bachtiar Nasir berwasiat untuk para santri di Indonesia, bahwa: Dengan situasi ini, kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah. Semoga dengan cara itu akan menjadi salah satu sebab menjauhnya bala’. Maka dari itu, kita semua terkhusus para pemuda Islam harus lebih kuat dalam mensyi’arkan agama Allah, tidak malah lembek terkena gadget. Justru kalau bisa harusnya gadget malah bisa membantu kita untuk berdakwah (mengajak oranglain kepada Allah). Misal, membuat konten-konten dakwah di Youtube, Instagram, Facebook atau di WattsApp kita. Mari kita buat diri kita produktif di masa pandemi ini. Mari kita hiasi hari-hari kita dengan banyak membaca, menulis, menghafal Al-Qur’an, menghafal Hadist, tilawah Al-Qur’an, Muroja’ah hafalan, Qiyamul Lail atau bahkan menyiapkan agenda penuh selama bulan Ramadhan. Jangan sampai pandemi ini membuat kita lalai dalam beramal shalih.
Wahai tunas bangsa, wahai para santri, dan wahai para pemuda Islam di manapun engkau berada, tetaplah berkontribusi untuk agama Allah. Engkau adalah perpanjangan tangan Ulama atau Kiai di Masyarakat. Mari, terus pelihara semangat untuk istiqomah di Jalan Dakwah. []