RAHASIA REZEKI BERDASARKAN SURAT ASY-SYURA AYAT 27

Potret Santri Ponpes eLKISI sedang murojaah Hafalan Al Qur'an

Oleh: Dr. KH. Fathur Rohman, M.Pd.I
– Pengasuh Ponpes eLKISI Mojokerto –

وَلَوۡ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزۡقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٖ مَّا يَشَآءُۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرُۢ بَصِيرٞ

Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat.
(QS. As Syura:27)

Banyak orang bertanya-tanya tentang bagaimana rezeki dibagikan dan mengapa setiap orang menerima porsi yang berbeda.

Dalam Islam, rezeki bukan hanya soal materi, tetapi juga meliputi kesehatan, ilmu, ketenangan, dan keberkahan.

Al-Qur’an memberikan banyak petunjuk tentang konsep rezeki, salah satunya dalam Surat Asy-Syura ayat 27.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah membagi rezeki sesuai dengan hikmah-Nya. Jika rezeki diberikan secara berlimpah tanpa batasan, dikhawatirkan manusia akan bersikap melampaui batas dan berbuat kerusakan. Oleh karena itu, Allah memberikan rezeki dengan ukuran yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang.

Rahasia Rezeki dalam Ayat Ini

  1. Rezeki adalah Ujian Rezeki yang melimpah atau terbatas sama-sama merupakan ujian dari Allah. Mereka yang diberi kelapangan diuji apakah mereka bersyukur dan menggunakannya dengan benar, sementara yang diberikan keterbatasan diuji dalam kesabaran dan keteguhan iman.
  2. Allah Maha Mengetahui Kebutuhan Hamba-Nya Setiap manusia memiliki kapasitas yang berbeda dalam menerima dan mengelola rezeki. Allah, dengan kebijaksanaan-Nya, memberikan rezeki sesuai dengan kemampuan seseorang agar tidak membawa keburukan bagi dirinya sendiri.
  3. Rezeki Harus Disyukuri dan Dikelola dengan Bijak Semua rezeki pemberian Alloh, banyak atau sedikit harus dikelola dengan baik. Sikap boros atau tamak dapat membawa seseorang kepada kebinasaan, sedangkan sikap qana’ah (merasa cukup) membawa keberkahan dalam hidup.
  4. Ketergantungan kepada Allah

Dalam hal rezeki, manusia harus memiliki sikap tawakal, yaitu berserah diri kepada Allah setelah berusaha dengan sungguh-sungguh. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi mengandalkan Allah setelah melakukan upaya maksimal.

Jadi, surat Asy-Syura ayat 27 mengajarkan bahwa rezeki tidak hanya sekadar pembagian materi, tetapi juga merupakan bagian dari kebijaksanaan Allah dalam mengatur kehidupan manusia.

Dengan memahami bahwa rezeki diberikan sesuai dengan ukuran yang terbaik bagi kita, seseorang dapat lebih bersyukur, bersabar, dan tetap berusaha dengan penuh tawakal.

Allah mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya dan memberikan rezeki dengan cara yang paling tepat sesuai dengan kehendak-Nya.

Dr. KH. Fathur Rohman, M.Pd.I
– Pengasuh Ponpes eLKISI Mojokerto –
Dr. KH. Fathur Rohman, M.Pd.I – Pengasuh PPIC eLKISI –