Orang yang Merugi dan Bangkrut Menurut Islam

Kiai Fathur bersama Santri Putra Alumni eLKISI yang Kuliah di Al Azhar Mesir

Oleh : Dr. KH. Fathur Rohman, M.Pd.I
Pengasuh Ponpes eLKISI Mojokerto

Untung dan rugi di dalam Islam, tidak hanya diukur dari segi materi, tetapi juga dari sisi spiritual dan amal perbuatan.

Al-Qur’an dan hadis banyak menjelaskan tentang siapa yang tergolong sebagai orang yang merugi dan bangkrut.

Orang yang Merugi dalam Islam

Orang yang merugi adalah mereka yang hidup di dunia namun kehilangan nilai keberkahan dan kebahagiaan sejati di akhirat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًاۗ ۝١٠٣اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا ۝١٠٤

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah perlu kami beri tahukan orang-orang yang paling rugi perbuatannya kepadamu?” (Yaitu) orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS. Al Kahfi : 103-104)

Orang yang merugi adalah mereka yang merasa telah melakukan kebaikan, tetapi ternyata amalnya tidak bernilai di sisi Allah karena tidak sesuai dengan tuntunan-Nya.

Orang yang Bangkrut Menurut Islam

Ketika ngomong bangkrut, banyak orang cenderung terarah pada perniagaan. Dalam Islam, orang yang bangkrut bukanlah mereka yang kehilangan harta benda, tetapi mereka yang kehilangan amal kebaikan karena perbuatan buruknya terhadap sesama.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ، فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Tahukah kalian siapa yang disebut sebagai orang yang bangkrut?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham maupun harta benda.” Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, tetapi dia juga membawa dosa karena pernah mencaci maki, menuduh tanpa bukti, memakan harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Maka, kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang-orang yang dizaliminya. Jika kebaikannya habis sebelum dosa-dosanya terbayar, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa kebangkrutan yang sesungguhnya adalah ketika seseorang kehilangan semua pahala amalnya karena perbuatan buruk terhadap orang lain.

Jadi, di dalam Islam, orang yang merugi bukan hanya mereka yang kehilangan harta duniawi, tetapi mereka yang kehilangan nilai amal di sisi Allah SWT.

Sementara itu, orang yang bangkrut adalah mereka yang awalnya memiliki banyak pahala, tetapi akhirnya kehilangan semuanya karena perbuatan buruk kepada sesama manusia. Oleh karena itu, setiap Muslim harus berhati-hati dalam bertindak agar tidak termasuk dalam golongan orang yang merugi dan bangkrut di akhirat.

Wallohu a’lam bishshiwab.