KALAU BERDO’A YANG SERIUS!

Foto: Suasana Pembukaan Ujian Terbuka Tahfidh Alquran dan Hadits Santri eLKISI Tahun 2025

Oleh : Dr. KH. Fathur Rohman, M.Pd.I
Pengasuh Ponpes eLKISI Mojokerto

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ وَلَا يَقُولَنَّ اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِي فَإِنَّهُ لَا مُسْتَكْرِهَ لَهُ (صحيح البخاري : ٥٨٦٣)

Dari [Anas] radliallahu ‘anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang tengah berdo’a, hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam berdo’a, dan janganlah mengatakan; ‘Ya Allah, jika Engkau kehendaki berilah aku…’ sebab Allah sama sekali tidak ada yang bisa memaksa.” (Shahih Bukhari : 5863)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ لِيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ فَإِنَّهُ لَا مُكْرِهَ لَهُ (صحيح البخاري : ٥٨٦٤)

Dari [Abu Hurairah] radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan; ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau kehendaki, dan rahmatilah aku jika Engkau berkehendak.’ Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam meminta, karena Allah sama sekali tidak ada yang memaksa.” (Shahih Bukhari : 5864)

Penjelasan:

Kedua hadits di atas diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab ad-da’awaat (kitab tentang do’a-do’a). Keduanya menekankan akan pentingnya bersungguh-sungguh dalam berdoa dan tidak menggantungkan permohonan dengan ungkapan seperti “jika Engkau kehendaki“. Hal ini menunjukkan keyakinan penuh akan kekuasaan Allah yang tidak terpaksa oleh apapun.

Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa penggunaan kata “إن شئت” (jika Engkau kehendaki) dalam doa menunjukkan ketidakseriusan dan kurangnya keyakinan akan dikabulkannya doa tersebut. Beliau menekankan bahwa seorang hamba harus memiliki keyakinan penuh bahwa Allah Maha Kuasa dan tidak ada yang memaksa-Nya dalam memberikan karunia-Nya.

Para ulama lain juga menekankan pentingnya adab dalam berdoa, termasuk bersungguh-sungguh dan yakin akan dikabulkannya doa. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lalai.” Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (No. 3479) dan dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah (No. 594).

Keyakinan dan kesungguhan dalam berdoa adalah kunci agar doa dikabulkan. Selain kesungguhan diperlukan keyakinan penuh dan kesungguhan dalam berdoa, serta menjauhi ungkapan yang menunjukkan keraguan atau ketidakseriusan dalam permohonan kita kepada Allah. Wallahu a’lam