Mojokerto, 13 Februari 2025 – Setiap pagi pukul 06.30 WIB, seluruh asatidz dan karyawan Pondok Pesantren eLKISI berkumpul dalam briefing rutin di Ruang Briefing. Dipimpin langsung oleh Direktur eLKISI, Ustadz Dr. KH Fathur Rohman, agenda ini menjadi ajang penyelarasan visi dan persepsi bagi seluruh pendidik. Briefing berlangsung selama satu jam dan dihadiri oleh seluruh asatidz serta karyawan, dalam upaya mencetak generasi santri yang beradab dan berilmu.
Briefing harian ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan bagian dari proses pembentukan karakter para pengajar. KH. Fathur Rohman menegaskan bahwa guru bukanlah sekadar pengajar bayaran, melainkan pejuang pendidikan. Begitu pula, santri tidak dipandang sebagai pelanggan, melainkan penuntut ilmu yang harus dibimbing dengan penuh tanggung jawab. “Kita harus ingat bahwa pendidikan adalah proses panjang yang tidak selalu mulus. Akan ada tantangan dan ujian, baik bagi guru maupun santri. Namun, di situlah letak perjuangan kita sebagai pendidik,” ujar KH. Fathur Rohman dalam briefing pagi ini.

Pada Kamis, 13 Februari 2025, briefing pagi membahas dua poin utama: pembelajaran akhlak santri dan metode efektif dalam mengajarkan sejarah. KH. Fathur Rohman menekankan bahwa jika ada santri yang masih kurang beradab atau memiliki akhlak yang belum sempurna, maka itu merupakan bagian dari proses pendidikan.
“Pendidikan itu proses. Mungkin hari ini mereka tidak paham, tapi dengan kesabaran, doa, dan pendekatan yang tepat, mereka bisa berubah menjadi anak yang shalih dan beradab,” ungkap Pak Kyai. Beliau juga mengutip QS. Al-Baqarah: 214, yang mengajarkan bahwa kesuksesan dalam pendidikan tidak terlepas dari kedekatan dengan Allah. Oleh karena itu, membangun hubungan spiritual dengan santri menjadi kunci keberhasilan dalam membentuk karakter mereka.
Selain itu, dalam sesi briefing kali ini juga dibahas metode inovatif dalam pengajaran sejarah. KH. Fathur Rohman mengusulkan bahwa belajar sejarah tidak harus selalu melalui buku, tetapi juga bisa dilakukan dengan cara mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau mengenalkan sejarah dari nama-nama kamar santri. “Kita bisa memanfaatkan nama kamar santri, seperti Abu Hurairah, Anas bin Malik, atau Malahayati, untuk mengenalkan sejarah kepada mereka. Dengan begitu, santri akan lebih mudah mengingat dan memahami pelajaran sejarah,” jelas beliau.
Para asatidz dan karyawan mengikuti briefing dengan penuh perhatian. Salah satu peserta, Ustadzah Suciati, menyatakan bahwa briefing seperti ini sangat penting untuk menjaga semangat dan orientasi para pendidik. “Kami merasa lebih dikuatkan dengan adanya briefing ini. Kadang ada tantangan dalam mendidik santri, tapi dengan nasihat dari Pak Kyai, kami lebih memahami bahwa proses itu memang berliku, tapi hasil akhirnya adalah santri yang beradab dan shalih,” ungkapnya.
Dengan adanya briefing harian ini, diharapkan seluruh tenaga pendidik di Ponpes eLKISI semakin solid dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing dan pejuang pendidikan. Semangat untuk mendidik dengan hati terus ditanamkan, sehingga santri tidak hanya tumbuh sebagai individu berilmu, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia. (AZ)