Oleh : Dr. KH. Fathur Rohman, M.Pd.I
Pengasuh Ponpes eLKISI Mojokerto
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah (2):183)
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan keistimewaan bagi umat Islam.
Selain sebagai bulan ibadah, Ramadhan juga dikenal sebagai bulan tarbiyyah atau pendidikan.
Di bulan ini, umat Islam mendapatkan beragam pelatihan; spiritual, moral, dan sosial yang dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan mereka la’allakum tattaquun.
Makna Tarbiyyah dalam Ramadhan
Tarbiyyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan atau pembinaan . Dalam konteks Ramadhan, tarbiyyah mencakup berbagai aspek, antara lain:
1. Tarbiyyah Ruhiyyah (Pendidikan Spiritual)
- Ramadhan melatih umat Islam untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah seperti puasa, shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, dan berdoa.
- Meningkatkan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah.
2. Tarbiyyah Akhlakiyyah (Pendidikan Akhlak)
- Puasa (ash-shiam) mendidik manusia untuk mengendalikan hawa nafsu, menjauhi kebohongan, ghibah , dan perilaku buruk lainnya.
- Membentuk karakter yang jujur, sabar, dan rendah hati.
3. Tarbiyyah Ijtima’iyyah (Pendidikan Sosial)
- Ash-shiam mengajarkan nilai kepedulian sosial dengan memperbanyak sedekah dan membantu sesama.
- Membangun jiwa solidaritas (simpati dan empati) dengan berbagi kebahagiaan, terutama kepada fakir miskin.
4. Tarbiyyah Jasadiyyah (Pendidikan Fisik)
- Puasa (ash-shiam) memberikan manfaat kesehatan dengan mendetoksifikasi tubuh dan mengatur pola makan yang lebih sehat.
- Meningkatkan disiplin dalam mengatur waktu istirahat dan aktivitas.
Pandangan Para Ulama’
Berbagai pandangan ulama’ terkait dengan ramadhan dan pendidikan, antara lain;
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa puasa dalam Ramadhan merupakan latihan untuk tazkiyatun nafs (penyucian jiwa).
Dengan menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu, seorang Muslim diajarkan untuk mengendalikan diri dan meningkatkan keikhlasan dalam ibadah.
Ibnu Qayyim dalam Madarij As-Salikin menekankan bahwa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga waktu untuk memperbaiki akhlak dan perilaku. Menurutnya, puasa yang benar akan membentuk karakter seseorang menjadi lebih sabar, penyayang, dan disiplin.
Ibnu Rajab dalam Latha’if Al-Ma’arif menekankan akan pentingnya tholabul ilmi di bulan Ramadhan. Beliau menyebutkan bahwa Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an, sehingga umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca, memahami, dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an sebagai bagian dari pendidikan spiritual.
Jadi , para ulama sepakat bahwa Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga bulan pendidikan yang membentuk pribadi Muslim dalam aspek spiritual, akhlak, sosial, dan ilmu. Oleh karena itu, umat Islam harus memanfaatkan Ramadhan sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan memperdalam pemahaman agama.