Al-Qur’an menggambarkan anak dengan berbagai wajah. Mereka bisa jadi sumber kebahagiaan, tapi juga bisa jadi ujian yang menguras iman. Dalam kitab suci, setidaknya ada empat kategori anak yang perlu kita renungi.
- Anak Sebagai Musuh
Allah mengingatkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka.” (QS. At-Taghābun: 14)
Musuh di sini bukan berarti kita harus benci pada anak, tapi maksudnya: jika anak membuat kita lalai dari ketaatan, menghalangi ibadah, bahkan menyeret ke jalan yang salah, mereka bisa menjadi musuh yang berbahaya bagi keselamatan akhirat.
- Anak Sebagai Ujian
Allah berfirman:
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu…” (QS. At-Taghābun: 15)
Anak adalah fitnah, yaitu ujian. Apakah orang tua bisa mendidik dengan penuh kesabaran, atau malah lengah hingga anak tumbuh tanpa arah? Ujian itu hadir dalam bentuk tanggung jawab, kesabaran, bahkan kesetiaan menjaga amanah Allah.
- Anak Sebagai Perhiasan Dunia
Allah menegaskan:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia…” (QS. Al-Kahfi: 46)
Anak itu seperti bunga yang menghiasi taman kehidupan. Mereka menghadirkan keceriaan, tawa, dan kebanggaan. Namun semua itu hanya sementara, sebab perhiasan dunia tidak abadi. Jika hanya berhenti pada level ini, kita akan kehilangan makna hakiki.
- Anak Sebagai Qurrata A’yun (Penyejuk Hati)
Doa orang beriman adalah:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk mata…” (QS. Al-Furqān: 74)
Inilah puncak doa orang tua: anak yang shalih, menenangkan hati, dan menjadi penerus kebaikan. Mereka bukan sekadar hiasan, tapi warisan abadi yang akan mendoakan orang tuanya bahkan setelah wafat.
Renungan
Anak itu ibarat cermin: bisa memantulkan dunia, bisa pula memantulkan akhirat.
Jika anak hanya berhenti sebagai perhiasan, ia hanya indah sesaat.
Jika ia jadi ujian, orang tua dituntut sabar dan bijak.
Jika ia berubah jadi musuh, orang tua harus tegas menjaga iman.
Namun, jika anak tumbuh menjadi qurrata a’yun, ia akan jadi investasi abadi, cahaya yang menerangi dunia hingga akhirat.
Jadi, mari kita didik anak-anak bukan hanya untuk sukses di dunia, tapi juga untuk menjadi penyejuk mata di hadapan Allah. Karena sejatinya, anak shalih adalah doa yang hidup dan amal yang tak pernah terputus. (HD)