ADAB MENUNTUT ILMU
Menuntut ilmu adalah ibadah yang sangat mulia. Karena dengan menuntut ilmu seorang hamba dapat mengenal Rabbnya dan menunaikan hak-hak-Nya juga hak sesama makhluk. Allah Ta’ala telah memuji para ahli ilmu, dalam firman-Nya:
قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az Zumar: 9)
Juga firman Allah Ta’ala:
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ
“Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadilah: 11)
Ilmu juga menjadi wasilah seseorang sehingga takut kepada Allah, seperti firman Allah Ta’ala:
إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (QS. Fathir: 28)
Rasulullah Sholallu’alaihiwasallam juga bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa dikehendaki Allah (mendapat) kebaikan, maka akan dipahamkan ia dalam (masalah) agama.” (HR. Al Bukhari).
Sesungguhnya para thalib atau pencari ilmu ada yang telah bersungguh-sungguh mencari ilmu, tapi banyak dari mereka tidak kunjung mendapatkan manfaat dari ilmunya, baik tidak adanya amal/praktek yang merupakan buah dari ilmu yang ia pelajari ataupun ketidak mampuan dalam mengajarkannya kepada masyarakat. Hal itu boleh saja terjadi karena cara mereka menuntut ilmu yang salah, atau syarat-syarat dan adab-adab mencari ilmu mereka tinggalkan. Itulah yang kemudian dikatakan sebagai ilmu yang tidak berkah.
Maka adab-adab yang harus dipenuhi oleh para penuntut ilmu adalah antara lain:
- Berniat Menuntut Ilmu dengan Ikhlas Karena Allah.
Orang yang tidak ikhlas karena Allah dalam menuntut ilmu akan menjadikan usahanya menjadi sia-sia belaka, dan dia tidak akan mendapatkan kemanfaatan ilmu. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dari Abu Hurairah, Rosululloh Sholallu’alaihiwasallam bersabda:
إنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ … وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ، وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأتِىَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَ . قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟ قَالَ:تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأتُ فِيكَ الْقُرآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتَهُ، وَقَرَأتَ الْقُرآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِىءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ، فَسُحِبَ عَلى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ في النَّارِ
“Sesungguhnya manusia pertama yang dihakimi pada hari kiamat, (di antaranya)… Dan seorang yang belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an, ia dihadirkan lalu diperkenalkan dengan nikmat-nikmat-Nya dan ia mengenalnya. Allah bertanya: Maka apa yang sudah kamu lakukan terhadap nikmat-nikmat itu? Ia menjawab: Saya belajar ilmu dan mengajarkannya serta saya membaca Al Qur’an di jalan-Mu. Allah berfirman: Kamu dusta, sesungguhnya kamu belajar agar dikatakan,alim!, dan kamu membaca Al Qur’an agar dijuluki Qari! dan julukan itu telah kamu terima. Kemudian diperintahkan terhadapnya, lalu mukanya diseret hingga ia dilemparkan ke dalam neraka...” (HR. Muslim)
Bersambung ke Bagian 2
Sumber : Buku Cahaya Adab-Adab Islami
Penulis : Fathur Rohman & Ainur Rofiq
Penerbit : eLKISI
Halaman : 11-12