Home Blog Page 16

Kampus Peradaban (Pusat) Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI

Kampus Peradaban (Pusat) Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI
SMP eLKISI, SMA eLKISI, eLKISI Institute (S1)
Jl. Raya Mojosari Trawas Km 8 Dusun Kemuning Desa Mojorejo
Kec. Pungging Kab. Mojokerto Jawa Timur Kode Pos 61384
Telp. (+62 321) 6850002 ; elkisi@gmail.com

KB-TK LQC (Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI)
Jl. Raya Mojosari Trawas Km 8 Dusun Mojodadi RT 07 RW 03 Desa Purworejo
Kec. Pungging Kab. Mojokerto Jawa Timur Kode Pos 61384
Telp. (+62 321) 6850002 ; +62 81230088746

SD Alam Islami eLKISI (Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI)
Jl. Raya Mojosari Trawas Km 8 Dusun Mojodadi RT 11 RW 03 Desa Purworejo
Kec. Pungging Kab. Mojokerto Jawa Timur Kode Pos 61384
Telp. (+62 321) 6850002 ; +62 8563136106

Wabup Mojokerto H. Pungkasiadi kunjungi stan pameran buku karya santri eLKISI

Wakil Bupati Mojokerto H. Pungkasiadi, S.H datang dan melihat langsung karya-karya tulis santri SMA eLKISI Mojokerto yang hari ini berada di salah satu stan yang disiapkan pemerintah di Gedung Perpusatakaan Kabupaten Mojokerto dalam rangka Festival Chaitra Mojopahit Indonesiana.

Dalam kunjungannya Wabup Mojokerto yang akrab disapa abah ipung itu melontarkan beberapa pertanyaan kepada ustadz Syamsul Arif perwakilan dari Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI yang kebetulan ditugasi untuk menjaga stan tersebut.

Beliau (abah Ipung) bertanya: “siapa yang bikin buku ini?”
Saya sampaikan “semua ini karya murid kami, karena di SMA eLKISI syarat untuk bisa lulus harus membuat karya buku, ungkap Ustadz Syamsul Arif.
“Oo, seperti skripsi kalau di perguruan tinggi ya?” beliau melanjutkan.

pengunjung membeli buku karya santri elkisi

Dalam pameran tersebut beberapa pengunjung banyak yang tertarik pada buku-buku karya santri SMA eLKISI ini. Terutama pada buku “MAGER (Muslim Anti Galau generation)” dan buku “Move on from Jahiliyah, Move in to Jannah”. Banyak pengunjung yang membeli buku karya Farah dan Nailul (santri yang menerima beasiswa kuliah di Universitas Internasional Afrika, Sudan) tersebut.

Penghargaan sebagai sekolah terliteral sma elkisi mojokerto

Sebagai bentuk apresiasi terhadap buku karya-karya santri SMA eLKISI ini, pemerintah Kabupaten Mojokerto memberikan penghargaan kepada SMA eLKISI sebagai “SEKOLAH TERLITERAL” se kabupaten Mojokerto. (amd)

Santri SMA eLKISI Raih Juara I Olimpiade Matematika dan Sains

Alhamdulillah, Santri Kelas XI SMA eLKISI Ma’had Elkisi Mojokerto Niswah Qonita & Mirna Dwi Rahmawati berhasil Meraih Juara I Olimpiade Matematika dan Sains tingkat SMA dalam ajang eLKISI Awards #2019 setelah mengalahkan 2 pasangan finalis lainnya dari MAIT Darul Fikri Sidoarjo dan SMAN 1 Puri Mojokerto yang mendapat Juara 2 dan 3.

Dengan prestasi yang diraih ini, semoga Niswah dan Mirna menjadi ahlul hadits yang mahir matematika dan sains. Karena Islam juga berbicara tentang sains.

PAUD LQC dan SMA eLKISI Raih Juara Umum dalam ajang eLKISI AWARDS #2019

eLKISI AWARDS #2019 merupakan event tahunan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI Mojokerto. Perhelatan akbar yang diselenggarakan mulai tanggal 8 Oktober s.d 14 November 2019 ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai daerah mulai dari tingkat PAUD sampai dengan SMA.

Banyak jenis lomba yang diselenggarakan di acara ini, diantaranya : Olimpiade matematika dan sains, kaligrafi, adzan, tartil Al Qur’an. pidato bahasa asing, tahfihd hadits, tahfidh Al Qur’an serta lomba mewarnai.

Tidak ketinggalan, para santri eLKISI mulai dari KB-TK hingga SMA juga ikut berpartisipasi dalam acara ini. Mereka beradu kemampuan dengan peserta lainnya.

Santri PAUD LQC raih juara umum di eLKISI AWARDS #2019

Puncaknya perwakilan santri eLKISI yang mengikuti lomba banyak yang berhasil menjadi juara terutama dari KB-TK LQC dan SMA eLKISI. Mereka berhasil mengoleksi banyak trofi dan penghargaan sehingga dinobatkan sebagai Juara Umum.

Gelaran eLKISI Awards #2019 telah usai, berikut daftar para juaranya

Alhamdulillah, gelaran eLKISI Awards #2019 Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI Mojokerto telah usai. Event tahunan yang diselenggarakan mulai tanggal 8 Oktober s.d 14 November ini mampu menyedot peserta dari berbagai daerah. Banyak jenis lomba yang diselenggarakan di acara ini, diantaranya : Olimpiade matematika dan sains, kaligrafi, adzan, pidato bahasa asing, tahfihd hadits, tahfidh Al Qur’an serta lomba mewarnai. Event ini pun diikuti oleh peserta dari jejang playgroup sampai dengan tingkat SMA. Puncaknya adalah kemarin 14 November 2019 para peserta beradu kemampuan demi bisa menempati podium juara. Berikut adalah hasil final dan daftar juara eLKISI Awards #2019:

Hasil Final eLKISI Awards #2019

Menjadi sekolah paling literal, SMA eLKISI mendapat Penghargaan

Alhamdulillah, kabar baik untuk SMA eLKISI Mojokerto. Berkat buku karya santri yang diterbitkan beberapa hari yang lalu, SMA eLKISI Mojokerto mendapat penghargaan dari Cabang Dinas Pendidikan Mojokerto sebagai sekolah paling Literal.

Melalu prestasi itu, pihak Cabang Dinas Pendidikan Kab/Kota Mojokerto memberikan jatah satu stan untuk “pameran” hasil literasi sekaligus meminta para penulis dari SMA eLKISI Mojokerto turut hadir dalam rangka mensosialisasikan gerakan literasi. Kegiatan in syaa Allah diselenggarakan pada Jumat 15 Nopember 2019 hari ini. (adm)

Sebelum Berangkat ke Sudan, Dua Santriwati Ma’had eLKISI Luncurkan Buku

Mojokerto (SI Online)-Bertepatan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, Ma’had eLKISI Mojokerto menggelar acara istimewa. Islamic Center pimpinan KH Fathur Rohman ini meluncurkan dua buku karya santriwatinya pada Sabtu, 9 November 2019.

Buku karya dua santriwati itu berjudul Mager (Muslim Anti Galau Generation) gubahan Faradilla Awwaluna Musyaffa’ dan Move on from Jahiliyah Move in to Jannah yang ditulis Nailul Muwafaqoh.

Kedua penulis adalah santri yang baru lulus dari SMA eLKISI.

Naskah buku yang disusun untuk memenuhi syarat kelulusan itu diterbitkan atas rekomendasi Dosen ITS Lukman Noerochim PhD, dan Akademisi Universitas Airlangga, Titien Diah S.

Peluncuran berlangsung di Aula eLKISI, dihadiri para santri SMA, ustadz dan ustadzah, pengurus yayasan, dan orangtua santri serta tamu undangan.

Dalam presentasinya, Faradilla Awwaluna Musyaffa mengatakan, ia mampu menulis karena suka membaca.

“Dengan membaca, kita memiliki koleksi kata-kata yang memudahkan untuk menulis,” kata gadis 17 tahun asal Surabaya ini.

Fara mengungkapkan, dalam menyusun buku pertamanya ini, ia harus menempuh
perjuangan berat.

”Laptop saya sampai rusak, jadi harus bolak-balik ke warnet. Pernah saya harus bepergian 22 km untuk urusan menulis ini,” papar dara yang biasa menulis di laman media sosial.

Tentang bukunya, Fara menyatakan bahwa kegalauan yang melanda manusia solusinya ”di langit”. Yakni kembali pada Allah SWT dan tuntunan agama Islam.

”Islam solusi terbaik untuk mengobati kegalauan,” tandasnya.

Tidak kalah pintar dalam bertutur kata, Nailul Muwafaqoh mempresentasikan bukunya dengan pede bingitz.

Gadis 18 tahun asal Gresik ini menyatakan, yang terberat setelah hijrah adalah istiqomah.

”Salah satu tantangan hijrah adalah dikatai sok suci, sok ustazah, dan lain-lain. Kita balas saja, jangan sok maksiat, jangan sok pendosa dong,” tutur Nailul yang mengaku pernah mengalami kehidupan dunia jahiliyah.

Setelah berhijrah, ia sangat menyesalkan masa lalunya.

”Jika waktu bisa diputar, Saya ingin mondok di eLKISI sejak dini,” ujarnya.

Kepada adik-adik kelasnya di Ma’had ia berpesan, jangan malas, jangan futur, dan jangan nyalahin setan. ”Karena tugas setan memang menyesatkan. Tinggal kita yang harus berkomitmen untuk istiqomah setelah berhijrah,” tandasnya.

Dalam sambutannya, Kepala Cabang Dinas Kemendiknas Taufik, memberikan apresiasi tinggi untuk kedua santri dari generasi milenial.

Sedangkan Lukman Noerochim mengatakan, kedua buku merupakan legacy (jejak) kedua santri yang akan melanjutkan pendidikan ke Afrika.

Menurut Wakil Direktur Ma’had eLKISI, Ustadz Ainur Rofiq Lc, Fara dan Nailul mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Internasional Afrika di Sudan.

”Kedua santri bersama rekannya Thomas Alka, akan berangkat ke Sudan pekan depan,” ujarnya.

Rep: Bowo

Sumber berita: https://suaraislam.id/sebelum-berangkat-ke-sudan-dua-santriwati-mahad-elkisi-luncurkan-buku/?fbclid=IwAR22wppMFbvUT8eYXwwSV7VETlcIuppVPoUYb33mNt4BtFnEDSzGPtaNAEU

Launching Buku “Move on Jahiliyah” Karya Santri eLKISI

Satu lagi buku karya Santriwati kelas XII SMA eLKISI yang in syaa Allah akan juga dilaunching pada 9 Nopember 2019 adalah berjudul Move on from Jahiliyah, Move in to Jannah karya NAILUL MUWAFAQOH.

Buku yang ditulis oleh santriwati asal Banyutengah, Panceng Gresik putri dari pasangan Ahmad Yasa’ dan Husna ini merupakan karya penuh inspirasi yang banyak berbicara tentang pengalaman perjalanan hijrah si Penulis. Sangat bermanfaat untuk para milenial yang ingin meniti jalan hijrah.

Seperti halnya buku MAGER (Karya Faradhillah A), buku ini telah lulus uji dan dirokemendasi oleh para penulis dan akademisi pada Ujian Bedah Buku kelas 12 SMA eLKISI.

Dan yang menarik, kedua penulis adalah 2 dari 3 santri eLKISI yang mendapat beasiswa kuliah di UIA Sudan Afrika, yang in syaa Allah besok tanggal 12 Nopember 2019 akan diberangkatkan ke Sudan.

Kenclengan Surga Dari Sisa Belanja

Kenclengan Surga dari Sisa Belanja Baitul Maal eLKISI

KENCLENGAN SURGA
“Dari Sisa Belanja”

Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam bersabda: _Jangan sesekali meremehkan kebaikan sekecil apapun. (HR. Muslim)

Menyisihkan sisa uang belanja atau jajan biarpun Rp 1000 atau bahkan 500 setiap hari untuk dimasukkan ke “KENCLENGAN SURGA” tentunya sangat bermanfaat buat masa depan kita di akhirat. Karena setiap orang berada dalam lindungan sedekahnya. Maka istiqomahlah bersedekah.

Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Masing-masing orang berada dalam naungan sedekahnya (HR. Ibnu Hibban dan Hakim)

Baitul Maal eLKISI menfasilitasi Bapak/Ibu/Saudara semua yang ingin bersedekah dan wakaf untuk pesantren, masjid dan kemashlahatan ummat dengan menyisikan sisa belanja harian untuk dimasukkan ke kencelengan, dan kami ambil pada setiap bulannya, in syaa Allah.

Monggo, yang berminat bisa menghubungi Kantor layanan Baitul Maal eLKISI. Atau nomor kontak 081218768485 (in syaa Allah siap melayani jemput wakaf & sedekah)

Alamat:
Jl. Mojosari Trawas km8, Kemuning, Mojorejo, Pungging Mojokerto Kode Pos 61384

Segera! Launching Buku “MAGER” Karya Santri eLKISI

Buah dari program wajib menulis bagi santri Kelas XII SMA eLKISI. Santriwati FARADILLA AWWALUNA MUSYAFFA’ berhasil menulis sebuah karya buku yang berjudul ‘MAGER’ (Muslim Anti Galau Generation), sebuah buku motivasi yang layak dibaca oleh masyarakat umum terutama para generasi muda.

Buku karya anak dari Bapak Achmad Kholik asal Sumbersekar Dau Malang ini akan dilaunching pada tanggal 9 Nopember besok, setelah direkom untuk diterbitkan oleh para penulis dan dosen dari Universitas ternama di Indonesia saat ujian akhir terbuka bedah buku beberapa waktu lalu.

Tugas Kita, Sebelum Anak Mumayyiz

Oleh : Mohammad Fauzil Adhim (Pakar Parenting Nasional)

Apa pentingnya masa mumayyiz? Ia sangat menentukan arah perkembangan anak-anak kita saat memasuki ‘aqil baligh, apa mereka akan menjadi pemuda yang memiliki arah hidup nan jelas dan kokoh serta berkomitmen terhadapnya, ataukah menjadi remaja yang mudah terombang-ambing sehingga banyak menyita waktu, tenaga, pikiran dan perhatian orangtua disebabkan kerentanannya terhadap masalah.

Begitu ‘aqil baligh, anak seharusnya menjadi seorang fatan (فَتًۭى), yakni remaja atau pemuda dengan arah hidup yang jelas, berani bersikap, tidak ragu menyuarakan kebenaran serta mempunyai pendirian yang kokoh. Ia memiliki komitmen yang kuat, tak takut menunjukkan sikapnya meskipun tak ada yang berpihak kepada apa yang diyakininya. Fatan merupakan bagian dari masa pemuda (الشباب), masa dimana puncak kemampuan, kecakapan, semangat, keberanian dan ketangguhan berkumpul pada diri seseorang. Ini merupakan sebaik-baik masa sehingga mereka tampil sebagai sosok asyudda (أَشُدَّ) dimana berbagai kebaikan berada pada puncaknya. Tetapi jika mereka tidak kita siapkan dengan baik, masa masa-masa ini justru menjadi cabang kegilaan ketika tindakan ngawur, melanggar hukum, akhlak yang rusak dan berbagai hal menyimpang lainnya justru tampil menonjol dalam diri mereka.

Mahlab bin Abi-Shafrah berkata:

الشَّبَابُ شُعْبَةٌ مِنَ الْجُنُوْنِ

“Remaja (masa muda) kadang menjadi cabang dari kegilaan.”

Ibrahim ‘alaihissalaam merupakan sebaik-baik contoh seorang fatan (remaja utama). Allah Ta’ala berfirman, “قَالُوا۟ سَمِعْنَا فَتًۭى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبْرَٰهِيمُ. Mereka berkata: ‘Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim’.” (QS. Al-Anbiya, 21: 60).

Fatan (فَتًۭى) juga memiliki kandungan makna mudah menerima kebenaran, cenderung kepada apa yang benar. Ini dekat sekali dengan fatwa. Mudah menerima kebenaran berarti anak memiliki kesiapan untuk menyambutnya. Bukan mudah ikut-ikutan dimana anak mudah terpengaruh oleh kebaikan maupun keburukan.

Lalu apa yang perlu kita lakukan agar masa muda anak-anak kita tidak menjadi masa penuh gejolak, terombang-ambing, berontak, lari dari orangtua dan hal-hal buruk yang semisal itu? Menyiapkannya agar mereka memiliki arah yang jelas, komitmen yang kuat serta identitas diri yang matang. Kapan kita melakukannya? Yang paling penting adalah masa-masa sebelum mumayyiz untuk mempersiapkan mereka agar benar-benar memiliki tamyiz yang kuat dan baik tepat pada waktunya. Agama kita, Islam, menuntut kita agar anak-anak mencapai tamyiz (selambatnya) di usia 7 tahun. Di usia inilah kita mulai dapat memerintahkan anak mengerjakan shalat.

Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَلاَةِ إذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِيْنَ وَ إذا بَلَغَ عَشْرَ سِنِيْنَ فَاضْرِبُوْهُ عَلَيْهَا

“Perintahkanlah anakmu shalat apabila mereka telah berumur tujuh tahun. Dan jika mereka telah berusia sepuluh tahun, pukullah mereka (jika tidak shalat).” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ad-Darimi, dll).

Apa konsekuensi perintah ini? Pertama, menyiapkan anak agar sebelum usia 7 tahun telah memiliki kecintaan terhadap apa yang akan diperintahkan, yakni shalat. Cinta itu berbeda dengan kebiasaan. Anak yang terbiasa melakukan setiap hari boleh jadi tidak mencintai sama sekali. Kedua, perintah Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam kepada kita adalah perintah untuk memerintah. Ini menunjukkan bahwa pada kalimat perintah ada kebaikan. Karena itu kita perlu mengilmui. Ketiga, menyiapkan anak agar memiliki bekal yang cukup sehingga ketika usia 10 tahun tidak mengerjakan shalat, anak memang telah dapat dikenai hukuman. Apa yang menyebabkan seseorang dapat dikenai hukuman? Apabila ia telah memiliki ilmu yang terkait dengannya.

Secara ringkas, berikut ini yang perlu kita lakukan pada anak-anak sebelum mereka mumayyiz. Semoga Allah ‘Azza wa Jalla menolong kita.

Menanamkan Kecintaan terhadap Kebaikan

Apakah cinta itu? Bertemunya tiga hal, yakni meyakini sebagai kebaikan, kemauan yang kuat terhadapnya serta komitmen yang besar. Meyakini sebagai kebaikan akan melahirkan kebanggaan terhadapnya, bukan membanggakan diri sendiri, sehingga orang bersemangat terhadapnya, baik membicarakan maupun melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.
Inilah yang perlu kita tanamkan pada anak-anak sebelum mumayyiz. Kita tanamkan cinta pada diri mereka terhadap kebaikan, khususnya berkait dengan ibadah. Kita kobarkan cinta mereka dengan membangun keyakinan bahwa syariat ini sempurna dan pasti baik. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kalamuLlah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah Muhammad shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Berbahagialah yang dapat memperoleh petunjuk dari keduanya.

Satu hal yang perlu kita ingat, keyakinan sangat berbeda dengan pengetahuan dan pemahaman, sebagaimana cinta tidak sama dengan terbiasa. Bahkan terbiasa melakukan tidak serta merta membentuk kebiasaan (habit). Betapa banyak anak-anak yang telah terbiasa melakukan praktek ibadah, bahkan sebelum waktunya. Tetapi ketika telah tiba masanya untuk bersemangat, gairah mengerjakannya seolah padam.

Apa yang menumbuhkan kecintaan? Bercermin pada riwayat shahih yang sampai kepada kita, di antara jalan untuk menumbuhkan kecintaan kepada ibadah itu ialah, memberi pengalaman berharga dan mengesankan pada diri anak-anak. Tengoklah, betapa senangnya cucu Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa salam menaiki leher kakeknya tatkala sedang shalat; betapa Umamah binti Zainab digendong oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alaihi wa sallam sembari tetap melaksanakan shalat. Dan dua kisah ini hanyalah sekedar contoh di antara berbagai contoh lainnya.

Sebagian orang tergesa-gesa sehingga menyuruh anak shalat sebelum usia tujuh tahun. Bahkan ada yang melampaui batas, yakni mewajibkan anak shalat Dhuha yang bagi orang dewasa saja sunnah. Alasannya? Menumbuhkan kebiasaan. Padahal kebiasaan tanpa kecintaan akan kering dan mudah pudar.

Tak jarang, orangtua maupun pendidik memaksa anak mengerjakan shalat, termasuk shalat sunnah, sebelum mumayyiz. Padahal pemaksaan itu, baik secara halus maupun kasar, justru dapat menimbulkan karahah (kebencian) yang bentuk ringannya adalah malas, enggan.

Menumbuhkan Tamyiz

Apakah yang dimaksud dengan tamyiz? Banyak penjelasan, tetapi pada pokoknya adalah kemampuan membedakan, dalam hal ini membedakan benar dan salah serta baik dan buruk dengan akalnya. Mampu membedakan sangat berbeda dengan mengetahui perbedaan. Mampu membedakan menunjukkan adanya pengerahan kemampuan berpikir untuk menentukan nilai atau kedudukan sesuatu.

Apa yang kita perlukan untuk berpikir? Sekurang-kurangnya ada dua hal, yakni menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya untuk menilai sesuatu serta mendayagunakan akal untuk menemukan prinsip-prinsip.

Rumit? Sebagaimana pengetahuan, kemampuan berpikir juga bertingkat-tingkat. Kemampuan tamyiz seseorang juga demikian. Tetapi jika tidak kita persiapkan maka anak tidak akan memilikinya, kecuali sangat terbatas, meskipun usia sudah 10 tahun dan bahkan lebih. Maka ada orang yang usianya sudah dewasa, tetapi ia termasuk ghair mumayyiz (orang yang tidak memiliki tamyiz).

Jadi, apa yang perlu kita berikan kepada anak? Pertama, keyakinan berlandaskan ilmu tentang kebenaran dan kebaikan. Kedua, kemauan kepada agama, kebaikan dan ilmu. Ketiga, merangsang kemampuan anak untuk berpikir sehingga mampu membedakan benar dan salah serta baik dan buruk dengan akalnya. Ini secara bertahap kita arahkan untuk mulai belajar menilai mana yang penting dan mana yang tidak penting.

Satu hal lagi, disebut tamyiz apabila ia mengenal (‘arafah) kebenaran dan kebaikan. Kata ‘arafah menunjukkan bahwa unsurnya bukan hanya mengetahui, melainkan ada idrak (kesadaran yang menggerakkan kemauan) terhadapnya.

Nah. Inilah yang sangat penting. Inilah tugas kita, para orangtua maupun guru TK untuk menyiapkannya.

Yayasan eLKISI

Nama Yayasan
Nomor SK

Status Kepemilikan

: Yayasan eLKISI
: SK MENKUNHAM RI No: AHU-3157
AH 01.04 TAHUN 2014
: Milik Jama’ah/Ummat