Home Blog Page 17

Visi dan Misi

pembelajaran di luar kelas santri ponpes elkisi

VISI
———————————————————————————————–
“Mewujudkan pesantren modern yang bermanhaj Al Qur’an dan As Sunnah, serta berbasis edukasi dan sosial keummatan”

MISI
———————————————————————————————–
“Menyiapkan kader yang beraqidah salimah, berakhlaqul karimah dan bermanfaat bagi ummat serta berdaya saing global”

MOTTO
———————————————————————————————–
“Pesantren berbasis edukasi dan sosial keummatan”

SLOGAN
———————————————————————————————–
“Pesantrennya santri beradab, penghafal Al Qur’an dan Al Hadits”

eLKISI Berdiri Dari Ummat untuk Ummat

bangunan pertama ponpes elkisi

Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI berdiri seiring semakin kompleksnya problematika keummatan di negeri ini, seperti kuatnya pendidikan sekuler dan materialistik pada kerusakan aqidah, dekadensi akhlak hingga minimnya penyeru kebaikan.

eLKISI sebagai pesantren yang berbasis edukasi dan sosial keummatan, sejak beridirinya pada tahun 2010 silam, ingin lebih berperan aktif dalam proses kaderisasi ummat tanpa meninggalkan peran penting lainnya, yakni sosial keummatan.

Berdiri diatas lahan kurang lebih 12 hektar hasil dari infaq dan wakaf para jamaah, eLKISI kini mempunyai santri lebih 800 orang yang berbasal dari jawa dan luar jawa. Ke depan, dengan mengharap pertolongan Allah SWT semata eLKISI bertekad menjadi mercusuar lembaga pendidikan islam di negeri tercinta ini dengan banyak memberi kemanfaatan bagi ummat. Karena eLKISI terlahir dari ummat dan untuk ummat.

Wallohul musta’an

Penampakan ponpes elkisi saat ini

Buku Cahaya Adab Adab Islami

udul  : Cahaya Adab-Adab Islami
Penulis  : Fathur Rohman, dan
                 Ainur Rofiq
Penerbit  : eLKISI
Tebal  : 378 halaman, 
Ukuran  : 160 mm x 230 mm, 
ISBN  : 978-602-6382-07-8, 
Cet 1   : Juli 2019
Harga  : Rp 70.000,-

SEKILAS DESKRIPSI BUKU

Ajaran Islam secara keseluruhan mengandung kebaikan bagi setiap Muslim, baik dalam urusan dunia maupun agamanya. Islam memerintahkan setiap perkara yang membawa kebaikan bagi seorang Muslim baik pada badan, akal, agama, harta, kesehatan maupun lainnya. Oleh sebab itu, siapa yang menerapkan ajaran Islam niscaya akan menjadi baiklah kehidupannya di dunia dan di akhirat, ia akan menjadi orang-orang yang beruntung. Dan pada saat yang sama, sesungguhnya diapun telah beradab dengan adab Islam, karena adab Islam merupakan buah dari penerapan syariat dalam kehidupan sehari-hari.

Buku ilmiyah ini sangat cocok sebagai panduan setiap muslim, termasuk juga orang tua dalam mendidik karakter anaknya atau guru kepada muridnya. Buku ini -In syaa Allah- juga sangat layak dikaji di majelis-majelis ta’lim dan sebagai materi pelajaran adab di pesantren dan sekolah.

Terdiri dari 24 bagian adab, dijelaskan dalam buku ini, bagaimana seharusnya seorang muslim bertutur dan berperilaku dalam keseharian sesuai adab-adab yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan juga para salaful ummah dalam banyak aspek kehidupan. Yakni mencakup hubungan dengan Allah, hubungan dengan diri sendiri, dan hubungan antar sesama hamba. Seperti adab saat membaca dan menghafal al Qur’an, saat menuntut ilmu, saat bermajelis, adab terhadap orang tua dan guru, adab saat makan dan minum, tidur, bersin, menguap, berbicara, tertawa, bergaul, bercanda, minta izin, saat bermedia social dan adab-adab lainnya. 

Kelebihan buku ini, Pembahasan adab disajikan dengan sistematis melalui sub-sub bab untuk mudah difahami dan diingat. Dan semua materi dan pembahasan dalam buku ini dipaparkan berdasar dalil-dalil dari al Qur’an dan as Sunnah, serta ‘urf yang telah disepakati oleh para ulama’. Selain juga, seluruh keuntungan dari penjualan buku untuk pembangunan masjid dan pesantren eLKISI.

Kesempatan Latihan Dakwah Di Singapura

Sepuluh Santri eLKISI diberikan kesempatan untuk belajar dan latihan berda’wah di Singapura pada Ramadhan yang akan datang. Demikian disampaikan Ust. Abdul Hakeem kepada direktur eLKISI usai menguji para santri. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Program Rutin Ma’had eLKISI Mojokerto pada bulan ramadhan yaitu mengirim santri ke daerah-daerah pelosok seluruh indonesia dan juga luar negeri untuk melaksanakan program Praktek Dakwah Ramadhan (PDR). Santri-santri terbaiklah yang akan menikmati praktek dakwah ramadhan di luar negeri (singapura). Mereka disana akan belajar tentang banyak hal terutama tentang perkembangan islam di negeri tersebut. (Red)

Hijrah, Tak Mudah tapi Berlimpah Hikmah

Oleh Syamsul Arif,
Pendidik di Ponpes eLKISI Mojokerto

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu; dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS Al-Baqarah [2]: 216).

Tergugah Khutbah  
Islam agama yang sempurna. Semua aspek di kehidupan manusia sudah diatur lengkap. Misal, ada perintah shalat, puasa, zakat, infaq, dan lain-lain. Juga, ada larangan –antara lain- mencuri, berzina, dan memakan harta riba. 

Dalam Islam, riba sangat terlarang. Untuk itu, kita harus menjauhi dan bahkan meninggalkannya. Di titik ini, insya-Allah saya punya pengalaman yang semoga bermanfaat jika kita baca bersama. Bahwa, dulu saya memutuskan untuk hijrah –meninggalkan- dari keterkaitan diri dengan riba. Hijrah menuju kehidupan yang –insya-Allah- diridhai-Nya.

Alkisah, sejak 1996 saya menjadi karyawan sebuah Bank yang cukup terkemuka, di Surabaya. Si suatu Jum’at, sekitar November 2006, saya ada pertemuan dengan nasabah di salah satu hotel di Surabaya. Saat shalat Jum’at, saya berjamaah di masjid hotel tersebut. Sementara, yang menjadi khotib kala itu adalah Ustadz Suherman Rosyidi, dosen FEB Unair Departemen Ekonomi Syari’ah.

Dalam khutbahnya, beliau menerangkan tentang haramnya riba. Termasuk gaji yang diperoleh dari bekerja di bank konvensional adalah riba. Pelaku riba yang ikut menanggung dosa adalah pemberi riba, pemakan riba, pencatat riba, dan saksi riba. 

Merinding saya saat mendengar khutbah tersebut. Apa riba? Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sementara, secara istilah, riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan prosentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam.

Dalam hati, saya lalu bertanya-tanya: Apakah selama ini saya menghidupi diri dan keluarga dengan harta riba? Maka, pantaskah saya mengharap surga-Nya kelak?

Sebelum meninggalkan tempat shalat Jum’at, saya memberanikan diri bertemu dengan Ustadz Suherman sekaligus meminta saran, apa yang harus saya lakukan. Dengan tersenyum beliau menjawab, “Anda harus berhijrah, dengan segala macam konsekuensinya. Tapi yakinlah, siapa yang lurus di Jalan Allah, pasti Dia akan menunjukkan jalan keluar yang terbaik”.

Setelah itu, hampir satu tahun saya mengalami beban yang cukup berat, bahkan bisa dikatakan stress. Saat itu, ada dua pilihan sulit yaitu meninggalkan pekerjaan yang tergolong riba tetapi belum ada pekerjaan yang baru, atau tetap bertahan namun beresiko dosa. Akibatnya, empat kali dalam setahun saya harus opname di Rumah Sakit. Penyakitnya sama, yaitu infeksi lambung. Dokter mengatakan, saya stress. Obatnya, harus menghindari penyebab stress tersebut. 

Singkat cerita, di awal tahun 2008 saya memutuskan untuk mundur dari pekerjaan di Bank. Selanjutnya saya berwirausaha, beternak itik. Awalnya hasil yang diperoleh cukup memuaskan, tidak kalah dengan saat saya masih berstatus sebagai karyawan Bank. 

Hidup memang tak selalu bisa kita duga arahnya. Allah memberi ujian kepada saya. Di daerah tempat saya beternak terkena banjir dan angin kencang. Hal itu, merobohkan pohon dan menimpa kandang itik saya. Saya rugi puluhan juta rupiah. Semua saya kembalikan kepada Allah, dengan bersabar.

Mencoba untuk tidak berputus-asa, dengan dibantu istri, kemudian saya membuka usaha toko dan bimbingan belajar di rumah. Di samping itu, saya juga mengajar Al-Qur’an, juga di rumah. Dengan usaha itu, cukuplah rezeki saya. Lebih dari itu, usaha saya makin berkembang.

Pada 2011, saya harus mencarikan lembaga pendidikan lanjutan untuk putri pertama yang baru lulus Sekolah Dasar. Beberapa pesantren sudah kami tiliki, namun tidak ada satupun yang dipilih oleh putri saya. 

Sampai suatu ketika, saya mendapatkan brosur sebuah lembaga yang masih sangat baru, Pondok Pesantren Islamic Center eLKISI, tak jauh dari Trawas Mojokerto. Sayapun lalu mengajak putri saya untuk mengunjungi Pesantren tersebut. Dari jalan raya, sepanjang sekitar 1 Km untuk sampai di lokasi, harus melewati jalan makadam. 

Meski tergolong baru, Pondok inilah yang dipilih putri saya dengan alasan tempatnya nyaman untuk belajar. Alhasil, putri saya menjadi angkatan pertama santri yang mondok di situ. Saya –yang tinggal di Sidoarjo- lalu rutin, satu atau dua pekan sekali, mengunjungi putri saya.

Sering datang ke pondok, berbuah hikmah yaitu saya semakin akrab dengan para ustadz di sana. Saya lalu mendapatkan tawaran untuk mengajar di Pondok, setelah mereka tahu kalau saya juga mengajar walaupun tidak di sekolah formal. 

Mulailah saya mengajar. Saat itu jumlah santrinya masih sedikit, sehingga saya hanya mengajar dua kali dalam sepekan. Pagi berangkat ke Pondok dan sore hari kembali ke rumah dengan jarak sekitar 35 Km. 

Di pertengahan 2014, saya lalu mendapatkan amanah menjadi Kepala SMA yang baru saja didirikan di Pondok tersebut. Tugas dan amanah baru inilah yang kemudian membuat saya mengambil keputusan untuk tinggal di Pondok, bersama keluarga.

Bersyukur, saya bisa berkumpul di lingkungan pesantren, yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hidup di Pondok, banyak amaliyah yang relatif mudah untuk dikerjakan secara istiqomah, antara lain: Shalat fardlu selalu tepat waktu dan berjamaah, murojaah Al-Qur’an, menimba ilmu, serta tahajjud. 

Dulu, saat di Bank, pagi-pagi sudah berangkat kerja dan pulang sudah larut malam. Sekarang, telah berubah. Begitu indah skenario Allah bagi hamba yang mau menempuh syariat-Nya. Tapi, proses dari “dulu” menjadi “sekarang”, memang tidak mudah. Proses meninggalkan kehidupan yang bisa dikatakan sudah berada pada “zona nyaman” menuju ke “zona qanaah”, penuh ujian. 

Terbaik, Terbaik!
Sungguh, melakukan hijrah dari sesuatu yang dilarang oleh Allah menuju perbuatan yang diridhai-Nya, sering tidak berjalan dengan mulus. Dalam menempuhnya, akan banyak ujian yang harus kita hadapi. Tapi yakinlah, dengan sabar dan tawakkal, Allah pasti akan menunjukkan jalan terbaik untuk kita. Maka, jangan ragu-ragu untuk berhijrah, sebab di sana banyak hikmah